ABSTRAK
Hasil
belajar peserta didik menurut W. Winkel (1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta
didik di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar ini dapat
digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar peserta didik. Peserta didik
dinyatakan telah tuntas belajar jika nilai yang peroleh di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Jika peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM maka
peserta didik tersebut harus melaksanakan pembelajaran remedial.
Berdasarkan
Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup
rendah, 70 % peserta didik dibawah KKM. Selama ini guru menggunakan metode
diskusi dan juga tanya jawab. Akan tetapi hasil belajar dari peserta didik nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta
didik cenderung pasif merasa jenuh bosan dan
tidak tertarik untuk berusaha memahami materi , sedangkan yang aktif hanya
beberapa peserta didik tertentu saja. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang
sebagian besar di bawah KKM.
Penelitian
dilaksanakan dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari
2 siklus. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Trenggalek, tanggal 15
Januari sampai dengan 26 Pebruari 2016. Subjek penelitian adalah peserta didik
kelas XI TPHP 1 yang berjumlah 30 orang. Analisis dilaksanakan secara
deskriptif kualitatif dengan mengkaji semua data yang dikumpulkan melalui
lembar observasi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari ketuntasan belajar
siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal
siswa hanya mencapai 56,7%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90%.
Beberapa
saran yang dapat diberikan peneliti sehubungan dengan penelitian yang telah
dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut jika dilaksanakan penelitian
lagi maka sebaiknya
dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu yang lebih
panjang lebih dari 2 siklus tindakan. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat
lebih mengoptimalkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Selain itu,
di ukur variabel-variabel lain seperti dari segi ranah psikomotor yaitu
kemampuan ilmiah peserta didik.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Discovery Learning, hasil belajar,
A. Pendahuluan
Hasil belajar peserta didik menurut W. Winkel (1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta didik di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar ini dapat digunakan untuk mengukur apakah peserta didik tersebut telah tuntas dalam belajar ataukah belum. Peserta didik dinyatakan telah tuntas belajar jika nilai yang peroleh di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM maka peserta didik tersebut harus melaksanakan pembelajaran remedial. Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah.
Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui
hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah, 70 % peserta didik dibawah
KKM. Selama ini guru menggunakan metode diskusi dan juga tanya jawab. Akan
tetapi hasil belajar dari peserta didik
nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta didik cenderung pasif merasa
jenuh bosan dan tidak tertarik untuk
berusaha memahami materi , sedangkan yang aktif hanya beberapa peserta didik
tertentu saja. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang sebagian besar di
bawah KKM. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perlu di terapkan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat semua
peserta didik terlibat serta dapat membuat pembelajaran tersebut lebih bermakna
dan dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2014: 42) model pembelajaran Discovery Learning menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak di ketahui. Pada
Discovery Learning materi yang disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final
akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang diketahui
selanjutnya dengan mencarisendiri informasi, mengorganisasi dan membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk
akhir. Sehingga penggunaan pembelajaran ini dapat merubah kondisi belajar yang
pasif menjadi lebih aktif.
Berdasarkan
permasalahan tersebut maka dilakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dengan
harapan dapat meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model
Pembelajaran Discovery Learning Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Peserta Didik
Kelas XI TPHP 1 SMK Negeri 1 Trenggalek Tahun Pelajaran 2015-2016.
B. Metode Penelitian
Penelitian
dilaksanakan dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari
2 siklus. Siklus Penelitian meliputi rencana tindakan, tindakan, observasi dan
refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Trenggalek, tanggal 15
Januari sampai dengan 26 Pebruari 2016. Subjek penelitian adalah peserta didik
kelas XI TPHP 1 yang berjumlah 30 orang. Kelas ini dipilih berdasarkan hasil
tes awal pra siklus hasil belajar Biologi semester I cukup rendah, 70% nilai
peserta didik dibawah KKM, sehingga kelas tersebut belum mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian tersebut berupa tes tulis yang dilakukan disetiap
akhir siklus dan non tes dengan cara menggunakan lembar observasi. Analisis
dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan mengkaji semua data yang
dikumpulkan melalui lembar observasi.
C.
Hasil
Penelitian
1. Pra
Siklus
Berdasarkan
Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup
rendah, 70 % peserta didik dibawah KKM. Selama ini guru menggunakan metode
diskusi dan juga tanya jawab. Akan tetapi hasil belajar dari peserta didik nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta
didik cenderung pasif merasa jenuh bosan dan
tidak tertarik untuk berusaha memahami materi. Dapat di simpulkan bahwa
berdasarkan tes awal yang telah dilakukan prestasi belajar peserta didik kelas
XI TPHP 1 cukup rendah.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut makan disusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Model pembelajaran
ini mengajak peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran dan membuat pembelajaran tersebut lebih
bermakna sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi dan dapat
meningkatkan hasil belajar.
2.
Siklus I
Pada siklus ini
dilakukan Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan
hasil observasi dapat dikemukakan hasil yang diperoleh pada siklus I, yaitu
proses pembelajaran model Discovery
Learning dapat berjalan dengan baik, meskipun pada awal kegiatan pesertaa
didik masih bingung belum bisa mengidentifikasi masalah. Hal itu disebabkan
karena peserta didik belum terbiasa dalam mengidentifikasi masalah berdasarkan
stimulasi yang dihadirkan guru. Selain itu, terdapat perubahan hasil belajar peserta
didik, sebelum dilakukannya penelitian saat dilaksanakan tes awal ketuntasan
klasikal peserta didik sebesar 30%, pada siklus I ini sudah meningkat meskipun
masih cukup rendah yaitu 56,7% peserta didik yang tuntas dalam menguasai
klasifikasi tumbuhan, sedangkan 43,3% peserta didik yang lain belum tuntas
dalam menguasai materi tersebut. Berdasarkan hasil pada siklus I tersebut maka
diperlukan tindakan selanjutnya pada siklus II dengan beberapa rencana
perbaikan.
3.
Siklus II
Pada siklus II juga ini dilakukan
tahap Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.. Berdasarkan
hasil observasi dapat dikemukakan hasil yang diperoleh pada siklus II, yaitu
proses pembelajaran model Discovery
Learning dapat berjalan dengan baik, awal kegiatan peserta didik sudah
mampu mengidentifikasi masalah. Selain itu, terdapat perubahan hasil belajar peserta
didik, Pada siklus I ketuntasan belajar peserta didik sebesar 56,7%, disiklus
II ini bertambah menjadi 90%.
D.
Pembahasan
Setelah
dilaksanakan tindakan dalam penelitian dan diuraikan tentang perbandingan
paparan data, maka ditemukan hasil penelitian sebagai berikut.
a)
Pembelajaran
model Discovery Learning pada siklus
I dan II telah dilakukan dengan baik sesuai dengan tahapan/sintaks yang
ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis ketercapaian
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru menunjukkan persentase sebesar
100%. Adapun menurut (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 : 42) sintaks
dari Discovery Learning meliputi Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan), Problem
statement (pernyataan/identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Verification (pembuktian), Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi) .Pada siklus I pembelajaran ini berjalan
kurang begitu lancar, hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa
dengan pembelajaran yang diterapkan. Peserta didik belum mampu membuat rumusan
masalah sendiri berdasarkan rangsangan/stimulasi yang disajikan. Pada Siklus II guru memperbaiki konsep
stimulasi dengan menghadirkan objek nyata di dalam kelas dan hasilnya peserta
didik dapat merumuskan masalah dengan baik.
b)
Prestasi
belajar peserta didik pada siklus I masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
dari hasil analisis ketuntasan belajar klasikal peserta didik yang hanya
mencapai 56,7%, sehingga perlu diadakan pembelajaran remidial untuk peserta
didik yang tidak tuntas dalam belajar klasifikasi tumbuhan. Hal ini disebabkan
karena belum semua peserta didik bisa terlibat aktif selama proses
pembelajaran. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan
dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka
pahami dalam suatu bentuk akhir. Penggunaan Discovery
Learning, mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented.
Merubah modus Ekspository peserta
didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke model Discovery peserta didik menemukan
informasi sendiri (Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2014 : 42). Sehingga jika peserta didik belum bisa masuk ke
dalam tujuan pembelajaran
Discovery Learing maka akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Pada siklus II telah terjadi peningkatan prestasi belajar. Ketuntasan belajar pada siklus II telah mencapai persentase sebesar 90%. Pada siklus II ini peserta didik mulai terbiasa dan mampu masuk ketujuan penerapan Discovery Learing sehingga terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Berikut disajikan dalam sebuah Tabel peningkatan hasil belajar peserta didik siklus I dan Siklus II
A.
Daftar Pustaka
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014-2015 Mata
Pelajaran Biologi SMA/SMK. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Hamalik, Oemar.1994. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta:UI-Press
Darwati, Erni. 1995. Korelasi Antara Kemampuan Belajar Bervikir
Verbal, Kemampuan Ketrampilan Proses dan Sikap Kerja aboratorium dengan
Prestasi Belajar Biologi siswa Kelas 1 SMAN Srengat Kabupaten Blitar Tahun
Ajaran 1994/1995. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: FMIPA IKIP.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Kanisius
Surakhmad, Winarno.1980. Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars
Susanto, Pudyo. 1999. Strategi Pembelajaran Biologi di sekolah
Menengah. Malang: FMIPA UM
Susilo, Herawati dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Malang:
Bayumedia
Syah, M.
1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung