Tari ini
pertama kali di launching sekitar bulan November tahun 2018, untuk mengikuti
event festival tari di salah satu dinas Kabupaten Trenggalek. Pada saat itu
ditentukan bahwa tari tersebut adalah tari garapan dengan tema kebangsaan. Kami
yang nota bene hanyalah penyuka seni otodidak, tidak memiliki background
pendidikan sarjana Seni, hanya bisa meraba kira kira jenis tarian yang akan
digarap itu bagaimana. Kami berkumpul untuk membicarakannya, pada saat itu saya
hanya menentukan jenis musik yang dipakai, yang jelas menyisipkan beberapa
unsur musik mulai dari bali, jawa tengah sampai ke khas jawa timuran. Salah
satu teman yang berprofesi guru bahasa Jawa yang menguasai musik Karawitan
menterjemahkan konsep saya, untuk tari saya hanya membuat konsep simple
menceritakan penghianatan diantara para prajurit sehingga memecah belah
persatuan. Tarian tersebut di terjemahkan oleh alumni dan salah satu siswa menjadi
gerak tari. Kami menyadari kurangnya
pengetahuan kami tentang tari. Kami hanya mencoba dan berusaha untuk membuat
sebuah tari dan musik garapan yang bagus menurut kacamata kami.
Hingga saat
event berlangsung eksekusi dari musik maupun tari tidak mengecewakan sebenarnya,
kami cukup puas tetapi kami belum mendapatkan kejuaraan yang pada saat itu
hanya diambil juara I, II dan III. Apakah pada saat itu kami kecewa ? ya kami
cukup kecewa, namun saya membesarkan hati anak-anak yang terlibat, ada catatan dari dewan juri terkait tampilan kami hal ini yang akan menjadi evaluasi kami untuk perbaikan tari ke depannya.
Memang setelah
event tersebut sempat atim terlihat patah
semangat, namun saya yakin karya yang kami buat bersama ini memiliki
taste sendiri. Maka kami mulai mengevaluasi, kami buat untuk beberapa event
disekolah seperti event pentas seni, demo ekskul dan akhirnya kami konsen untuk
kegiatan festival tari yang akan diadakan di Unesa bulan Oktober 2019.
Penampilan Tari Kalatidha Sirna di event Pensi
Saya
melihat bahwa tim tari dan karawitan sekarang ini adalah tim yang hebat, mudah
untuk di koordinasi mudah menangkap materi bahkan memiliki kreativitas tinggi.
Tidak ada sebenarnya yang bisa mengeklaim Tari Kalatidha itu ciptaan siapa
karena kami membuatnya bersama-sama dengan menyumbangkan ide-ide, baik gerakan
maupun musik. Bahkan untuk ditampilkan di unesa kami menambah musik Turangga
Yaksa musik Khas Kab Trenggalek. Tujuannya simple untuk membangkitkan jiwa
Trenggalek isme bagi yang telah mengenal kabupaten kami, karena musik Jaranan
Turangga Yaksa terutama musik lawungnya cukup familier, se familier saat kita mendengar musik Tari Remo di jawa
Timur pasti auto tanjak. Maka saat anak Trenggalek mendengar musik Turangga
yaksa akan auto Lawung begitu istilah anak-anak.
Setelah melalui
beberapa perubahan konsep akhirnya kami melakukan rekaman musik, prosesnya juga
cukup memakan waktu dari pukul 16.00 sampai dengan 22.00 WIB. Namun hasilnya
juga sangat memuaskan, meski harus beberapa kali take vocal karena kendala
tiba-tiba masalah teknis, mic mati laptop eror, sempat data record hampir
hilang dan yah akhirnya kami dapat menyelesaikannya dengan hasil mixing suara
jernih.
Berbekal hasil rekaman kami buat latihan tetap ada beberapa perbaikan
sana sani dari beberapa gerakan. Jangan tanya prosesnya cukup menguras waktu
tenaga dan air mata. Mengapa demikian? ada kalanya para penari teledor dengan
kedisiplinan waktu, hal sepele tapi akibatnya juga fatal karena menyangkut
kesehatan mereka juga kalau pulang terlalu larut. Tak bosan bosan selalu saya
tekankan untuk lebih disiplin dan menghargai waktu. Saya paham benar tari itu
bagian dari seni, seni itu juga berkaitan dengan mood dan suasana hati
seseorang, namun jika kita lebih menghargai waktu maka kita bisa manfaat kan
untuk hal-hal yang lain. Jujur sempat saya menegur keras karena mereka
mengabaikan kesepakatan durasi latihan yang kami sepakati. Properti belum
disiapkan mereka harus lembur sampai hampir dini hari di sekolah. Meski yang
lembur adalah penari laki-laki tapi jelas saya memiliki tanggung jawab atas
itu, karena kesehatan mereka sangat penting. Namun mereka abai, Alhamdulillah
tidak ada yang jatuh sakit.
Sampai pada
akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami berangkat dengan penuh
pengharapan. Tidak muluk muluk sebenarnya harapan kami, kami hanya yah paling
tidak salah satu dari 10 kategori adanyang
nyantol Kategori tersebut diantaranya adalah : 5 penyaji Terbaik non Rangking,
penari terbaik PA/PI, Best Supporter, Juara I, II, III dan Juara Umum. Sampai
di unesa kami melakukan blocking, karena pengalaman tahun 2016 kami pernah juga
mengikuti event tersebut dan kami mengabaikan blocking alhasil batas panggung untuk
menari kami tidak mengetahui. Setelah blocking kami cek in di tempat menginap
yang telah disediakan.
Keesokan
harinya kami yang mendapatkan no urut penampilan 06 bersiap dari subuh untuk
make up dan berganti kostum, target yang saya sampaikan ke anak anak adalah
menarikan tarian yang terbaik, percaya diri, pola lantai bersih rapi dan juga
gerak tari yang tak lepas dari wirasa/menjiwai, jangan terlalu emosi, dan dieksekusi
dengan power yang sama. Saya yang menunggu di bangku penonton jangan ditanya
lagi yang saya rasakan, adalah gugup luar biasa. Kalau di depan para penari saya
berusaha menguasai diri menyalurkan energi positif, optimis dan juga
ketenangan...namun siapa yang tau dalam hati saya yang sebenarnya. Dan mereka
pun tampil sesuai dengan harapan, kompak, rapi meski ada beberapa kesalahan
namun tidak terlalu nampak, Jiwa mereka menyatu dengan tarian, merinding saya
ketika Slompret berbunyi tanda musik Turangga Yaksa dimulai. Menurut informasi
alumni yang menjadi offical di backstage banyak Mahasiswa senior yang mendekat
mendengar musik Turangga Yaksa mahasiswa senior yang berasal dari Trenggalek
langsung terlihat semangat dan euforia mungkin dengan mendengar musik
tersebut mengajak sedikit bernostalgia dengan tanah kelahirannya.
Proses Make Up
Menungu upacara Pembukaan
Tim Belakang Panggung
Memang ada
beberapa kejadian yang mungkin sedikit di luar logika setelah para penari
menarikan tarian ini. Namun cerita ini saya skip lain waktu akan saya ceritakan.
Lalu sampailah pada pengumuman yang kami nanti-nantikan. Dalam hati kecil saya
ada secercah harapan karena tarian anak-anak dapat dikategorikan bagus menurut
saya, namun apalah saya saya bukan Dewan Juri, Hanya kalimat-kalimat doa yang terlantun dengan harapan ada satu kategori yang
nyantol.
Saat diumumkan 5 kategori non ranking nomor urut penampilan kami tidak disebutkan, pupus sudah harapan karena kami karena untuk dapat juara I, II atau III itu imposible, kami cukup sadar diri siapa kami. Sampai akhirnya saat di umumkan Juara III, II dan I, fikiran saya melayang sibuk dengan menyusun kata-kata yang tepat untuk menghibur dan menenangkan tim saat perjalanan pulang nanti. Tiba-tiba saya mendengar teriakan dari seluruh tim kami...saya tertegun karena benar-benar saya tidak menyimak apa yang di umumkan dewan Juri. Ternyata nomor urut kami di dinyatakan sebagai Juara tak tanggung tanggung Juara I, mimpi pun rasanya tidak, rasa tidak percaya memenuhi fikiran saya. Benarkah atau hanya salah dengar, sampai saat salah satu tim kami mengeshare rekaman suara saat pembacaan kejuaraan membuat saya baru benar-benar percaya. Ucapan Syukur tak henti-hentinya kami ucapkan.
Saat diumumkan 5 kategori non ranking nomor urut penampilan kami tidak disebutkan, pupus sudah harapan karena kami karena untuk dapat juara I, II atau III itu imposible, kami cukup sadar diri siapa kami. Sampai akhirnya saat di umumkan Juara III, II dan I, fikiran saya melayang sibuk dengan menyusun kata-kata yang tepat untuk menghibur dan menenangkan tim saat perjalanan pulang nanti. Tiba-tiba saya mendengar teriakan dari seluruh tim kami...saya tertegun karena benar-benar saya tidak menyimak apa yang di umumkan dewan Juri. Ternyata nomor urut kami di dinyatakan sebagai Juara tak tanggung tanggung Juara I, mimpi pun rasanya tidak, rasa tidak percaya memenuhi fikiran saya. Benarkah atau hanya salah dengar, sampai saat salah satu tim kami mengeshare rekaman suara saat pembacaan kejuaraan membuat saya baru benar-benar percaya. Ucapan Syukur tak henti-hentinya kami ucapkan.
Ada beberapa
hal yang bisa saya ambil hikmah dari proses yang telah kami lewati, untuk
membuat sebuah tarian tidak bisa instan, butuh proses perbaikan disana sini.
Butuh pengorbanan baik itu waktu maupun tenaga, butuh loyalitas dan totalitas.
Butuh dukungan moral maupun spiritual. Komentar para pakar perlu di dengar dan
diperhatikan untuk kemudian menjadi evaluasi. Jangan pernah lelah maupun putus
asa dan yang paling penting adalah menjaga kekompakan tim. Ini yang tidak
mudah, satu tim terdiri dari beberapa anak dengan berbagai sifat, sikap dan
karakter apalagi di usia remaja tentu banyak konflik diantara mereka. Menerima
segala kelebihan dan kekurangan teman adalah kunci utamanya.
Tari Kalatidha
Sirna, tari yang menceritakan perjuangan para prajurit yang menghadapi
penghianatan pasukannya sendiri, berjuang sampai ketitik darah penghabisan. Kalatidha
Sirna = Musnahnya segala hal buruk.
Penggalan Syair dalam tari
Kalatidha Sirna :
Sun manembah, sun amemuji, mring kang Maha
Agung awiwiti Krida, Labuh negara, ngukebing bangsa
Kridaning satriya wutahing
ludira pecahing dada oncate nyawa, lelabuhan nira tan kena kinira, hambela
negara angrukebi bangsa
0 komentar:
Posting Komentar