Rabu, 04 Maret 2020

TARI KALATIDHA SIRNA



Tari ini pertama kali di launching sekitar bulan November tahun 2018, untuk mengikuti event festival tari di salah satu dinas Kabupaten Trenggalek. Pada saat itu ditentukan bahwa tari tersebut adalah tari garapan dengan tema kebangsaan. Kami yang nota bene hanyalah penyuka seni otodidak, tidak memiliki background pendidikan sarjana Seni, hanya bisa meraba kira kira jenis tarian yang akan digarap itu bagaimana. Kami berkumpul untuk membicarakannya, pada saat itu saya hanya menentukan jenis musik yang dipakai, yang jelas menyisipkan beberapa unsur musik mulai dari bali, jawa tengah sampai ke khas jawa timuran. Salah satu teman yang berprofesi guru bahasa Jawa yang menguasai musik Karawitan menterjemahkan konsep saya, untuk tari saya hanya membuat konsep simple menceritakan penghianatan diantara para prajurit sehingga memecah belah persatuan. Tarian tersebut di terjemahkan oleh alumni dan salah satu siswa menjadi gerak tari. Kami menyadari  kurangnya pengetahuan kami tentang tari. Kami hanya mencoba dan berusaha untuk membuat sebuah tari dan musik garapan yang bagus menurut kacamata kami.

Hingga saat event berlangsung eksekusi dari musik maupun tari tidak mengecewakan sebenarnya, kami cukup puas tetapi kami belum mendapatkan kejuaraan yang pada saat itu hanya diambil juara I, II dan III. Apakah pada saat itu kami kecewa ? ya kami cukup kecewa, namun saya membesarkan hati anak-anak yang terlibat, ada catatan dari dewan juri terkait tampilan kami hal ini yang akan menjadi evaluasi kami untuk perbaikan tari ke depannya. 
Penampilan Pertama Tari Kalatidha Sirna 
Memang setelah event tersebut sempat atim terlihat patah semangat, namun saya yakin karya yang kami buat bersama ini memiliki taste sendiri. Maka kami mulai mengevaluasi, kami buat untuk beberapa event disekolah seperti event pentas seni, demo ekskul dan akhirnya kami konsen untuk kegiatan festival tari yang akan diadakan di Unesa bulan Oktober 2019.

Penampilan  Tari Kalatidha Sirna di event Pensi

                            Penampilan  Tari Kalatidha Sirna di event MPLS Demo ekskul

Saya melihat bahwa tim tari dan karawitan sekarang ini adalah tim yang hebat, mudah untuk di koordinasi mudah menangkap materi bahkan memiliki kreativitas tinggi. Tidak ada sebenarnya yang bisa mengeklaim Tari Kalatidha itu ciptaan siapa karena kami membuatnya bersama-sama dengan menyumbangkan ide-ide, baik gerakan maupun musik. Bahkan untuk ditampilkan di unesa kami menambah musik Turangga Yaksa musik Khas Kab Trenggalek. Tujuannya simple untuk membangkitkan jiwa Trenggalek isme bagi yang telah mengenal kabupaten kami, karena musik Jaranan Turangga Yaksa terutama musik lawungnya cukup familier, se familier saat kita mendengar musik Tari Remo di jawa Timur pasti auto tanjak. Maka saat anak Trenggalek mendengar musik Turangga yaksa akan auto Lawung begitu istilah anak-anak.

Setelah melalui beberapa perubahan konsep akhirnya kami melakukan rekaman musik, prosesnya juga cukup memakan waktu dari pukul 16.00 sampai dengan 22.00 WIB. Namun hasilnya juga sangat memuaskan, meski harus beberapa kali take vocal karena kendala tiba-tiba masalah teknis, mic mati laptop eror, sempat data record hampir hilang dan yah akhirnya kami dapat menyelesaikannya dengan hasil mixing suara jernih. 
Take vocal



Recording musik

Berbekal hasil rekaman kami buat latihan tetap ada beberapa perbaikan sana sani dari beberapa gerakan. Jangan tanya prosesnya cukup menguras waktu tenaga dan air mata. Mengapa demikian? ada kalanya para penari teledor dengan kedisiplinan waktu, hal sepele tapi akibatnya juga fatal karena menyangkut kesehatan mereka juga kalau pulang terlalu larut. Tak bosan bosan selalu saya tekankan untuk lebih disiplin dan menghargai waktu. Saya paham benar tari itu bagian dari seni, seni itu juga berkaitan dengan mood dan suasana hati seseorang, namun jika kita lebih menghargai waktu maka kita bisa manfaat kan untuk hal-hal yang lain. Jujur sempat saya menegur keras karena mereka mengabaikan kesepakatan durasi latihan yang kami sepakati. Properti belum disiapkan mereka harus lembur sampai hampir dini hari di sekolah. Meski yang lembur adalah penari laki-laki tapi jelas saya memiliki tanggung jawab atas itu, karena kesehatan mereka sangat penting. Namun mereka abai, Alhamdulillah tidak ada yang jatuh sakit.




Proses latihan


Sampai pada akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami berangkat dengan penuh pengharapan. Tidak muluk muluk sebenarnya harapan kami, kami hanya yah paling tidak  salah satu dari 10 kategori adanyang nyantol Kategori tersebut diantaranya adalah : 5 penyaji Terbaik non Rangking, penari terbaik PA/PI, Best Supporter, Juara I, II, III dan Juara Umum. Sampai di unesa kami melakukan blocking, karena pengalaman tahun 2016 kami pernah juga mengikuti event tersebut dan kami mengabaikan blocking alhasil batas panggung untuk menari kami tidak mengetahui. Setelah blocking kami cek in di tempat menginap yang telah disediakan.

Berangkat dari Trenggalek

Menunggu antrian Blocking di Gedung Sawunggaling

Blocking

Keesokan harinya kami yang mendapatkan no urut penampilan 06 bersiap dari subuh untuk make up dan berganti kostum, target yang saya sampaikan ke anak anak adalah menarikan tarian yang terbaik, percaya diri, pola lantai bersih rapi dan juga gerak tari yang tak lepas dari wirasa/menjiwai, jangan terlalu emosi, dan dieksekusi dengan power yang sama. Saya yang menunggu di bangku penonton jangan ditanya lagi yang saya rasakan, adalah gugup luar biasa. Kalau di depan para penari saya berusaha menguasai diri menyalurkan energi positif, optimis dan juga ketenangan...namun siapa yang tau dalam hati saya yang sebenarnya. Dan mereka pun tampil sesuai dengan harapan, kompak, rapi meski ada beberapa kesalahan namun tidak terlalu nampak, Jiwa mereka menyatu dengan tarian, merinding saya ketika Slompret berbunyi tanda musik Turangga Yaksa dimulai. Menurut informasi alumni yang menjadi offical di backstage banyak Mahasiswa senior yang mendekat mendengar musik Turangga Yaksa mahasiswa senior yang berasal dari Trenggalek langsung terlihat semangat dan euforia mungkin dengan mendengar musik tersebut mengajak sedikit bernostalgia dengan tanah kelahirannya.  


Proses Make Up

 Menungu upacara Pembukaan

Tim Belakang Panggung


Memang ada beberapa kejadian yang mungkin sedikit di luar logika setelah para penari menarikan tarian ini. Namun cerita ini saya skip lain waktu akan saya ceritakan. Lalu sampailah pada pengumuman yang kami nanti-nantikan. Dalam hati kecil saya ada secercah harapan karena tarian anak-anak dapat dikategorikan bagus menurut saya, namun apalah saya saya bukan Dewan Juri, Hanya kalimat-kalimat doa yang terlantun dengan harapan ada satu kategori yang nyantol.

Saat diumumkan 5 kategori non ranking nomor urut penampilan kami tidak disebutkan, pupus sudah harapan karena kami karena untuk dapat juara I, II atau III itu imposible, kami cukup sadar diri siapa kami. Sampai akhirnya saat di umumkan Juara III, II dan I, fikiran saya melayang sibuk dengan menyusun kata-kata yang tepat untuk menghibur dan menenangkan tim saat perjalanan pulang nanti. Tiba-tiba saya mendengar teriakan dari seluruh tim kami...saya tertegun karena benar-benar saya tidak menyimak apa yang di umumkan dewan Juri. Ternyata nomor urut kami di dinyatakan sebagai Juara tak tanggung tanggung Juara I, mimpi pun rasanya tidak, rasa tidak percaya memenuhi fikiran saya. Benarkah atau hanya salah dengar, sampai saat salah satu tim kami mengeshare rekaman suara saat pembacaan kejuaraan membuat saya baru benar-benar percaya. Ucapan Syukur tak henti-hentinya kami ucapkan.

Ada beberapa hal yang bisa saya ambil hikmah dari proses yang telah kami lewati, untuk membuat sebuah tarian tidak bisa instan, butuh proses perbaikan disana sini. Butuh pengorbanan baik itu waktu maupun tenaga, butuh loyalitas dan totalitas. Butuh dukungan moral maupun spiritual. Komentar para pakar perlu di dengar dan diperhatikan untuk kemudian menjadi evaluasi. Jangan pernah lelah maupun putus asa dan yang paling penting adalah menjaga kekompakan tim. Ini yang tidak mudah, satu tim terdiri dari beberapa anak dengan berbagai sifat, sikap dan karakter apalagi di usia remaja tentu banyak konflik diantara mereka. Menerima segala kelebihan dan kekurangan teman adalah kunci utamanya.

Tari Kalatidha Sirna, tari yang menceritakan perjuangan para prajurit yang menghadapi penghianatan pasukannya sendiri, berjuang sampai ketitik darah penghabisan. Kalatidha Sirna = Musnahnya segala hal buruk.
Penggalan Syair dalam tari Kalatidha Sirna :
Sun manembah, sun amemuji, mring kang Maha Agung awiwiti Krida, Labuh negara, ngukebing bangsa
Kridaning satriya wutahing ludira pecahing dada oncate nyawa, lelabuhan nira tan kena kinira, hambela negara angrukebi bangsa