Kamis, 06 Agustus 2020

ARTIKEL IMLIAH : PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KELAS XI TPHP 1 SMK NEGERI 1 TRENGGALEK TAHUN PELAJARAN 2015/2016

ABSTRAK

Hasil belajar peserta didik menurut W. Winkel (1989:82)  adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta didik di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar ini dapat digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar peserta didik. Peserta didik dinyatakan telah tuntas belajar jika nilai yang peroleh di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM maka peserta didik tersebut harus melaksanakan pembelajaran remedial.

Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah, 70 % peserta didik dibawah KKM. Selama ini guru menggunakan metode diskusi dan juga tanya jawab. Akan tetapi hasil belajar dari peserta didik  nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta didik cenderung pasif merasa jenuh bosan dan  tidak tertarik untuk berusaha memahami materi , sedangkan yang aktif hanya beberapa peserta didik tertentu saja. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang sebagian besar di bawah KKM.

Penelitian dilaksanakan dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Trenggalek, tanggal 15 Januari sampai dengan 26 Pebruari 2016. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI TPHP 1 yang berjumlah 30 orang. Analisis dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan mengkaji semua data yang dikumpulkan melalui lembar observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal siswa hanya mencapai 56,7%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90%.

Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti sehubungan dengan penelitian yang telah dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut jika dilaksanakan penelitian lagi maka  sebaiknya dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu yang lebih panjang lebih dari 2 siklus tindakan. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat lebih mengoptimalkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Selain itu, di ukur variabel-variabel lain seperti dari segi ranah psikomotor yaitu kemampuan ilmiah peserta didik.

 Kata Kunci: Model Pembelajaran, Discovery Learning, hasil belajar,

 A.     Pendahuluan

 Hasil belajar peserta didik menurut W. Winkel (1989:82)  adalah keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik, yakni prestasi belajar peserta didik di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar ini dapat digunakan untuk mengukur apakah peserta didik tersebut telah tuntas dalam belajar ataukah belum. Peserta didik dinyatakan telah tuntas belajar jika nilai yang peroleh di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM maka peserta didik tersebut harus melaksanakan pembelajaran remedial. Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah.

 Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah, 70 % peserta didik dibawah KKM. Selama ini guru menggunakan metode diskusi dan juga tanya jawab. Akan tetapi hasil belajar dari peserta didik  nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta didik cenderung pasif merasa jenuh bosan dan  tidak tertarik untuk berusaha memahami materi , sedangkan yang aktif hanya beberapa peserta didik tertentu saja. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang sebagian besar di bawah KKM.  Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu di terapkan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat semua peserta didik terlibat serta dapat membuat pembelajaran tersebut lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 42) model pembelajaran Discovery Learning menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak di ketahui. Pada Discovery Learning materi yang disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang diketahui selanjutnya dengan mencarisendiri informasi, mengorganisasi dan membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Sehingga penggunaan pembelajaran ini dapat merubah kondisi belajar yang pasif menjadi lebih aktif.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dengan harapan dapat meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Peserta Didik Kelas XI TPHP 1 SMK Negeri 1 Trenggalek Tahun Pelajaran 2015-2016.

 B.     Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Siklus Penelitian meliputi rencana tindakan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Trenggalek, tanggal 15 Januari sampai dengan 26 Pebruari 2016. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI TPHP 1 yang berjumlah 30 orang. Kelas ini dipilih berdasarkan hasil tes awal pra siklus hasil belajar Biologi semester I cukup rendah, 70% nilai peserta didik dibawah KKM, sehingga kelas tersebut belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.  Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut berupa tes tulis yang dilakukan disetiap akhir siklus dan non tes dengan cara menggunakan lembar observasi. Analisis dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan mengkaji semua data yang dikumpulkan melalui lembar observasi.

 

C.     Hasil Penelitian

1.      Pra Siklus

Berdasarkan Hasil Nilai Tes Awal , diketahui hasil belajar biologi kelas XI TPHP 1 cukup rendah, 70 % peserta didik dibawah KKM. Selama ini guru menggunakan metode diskusi dan juga tanya jawab. Akan tetapi hasil belajar dari peserta didik  nampak belum maksimal. Sebagian besar peserta didik cenderung pasif merasa jenuh bosan dan  tidak tertarik untuk berusaha memahami materi. Dapat di simpulkan bahwa berdasarkan tes awal yang telah dilakukan prestasi belajar peserta didik kelas XI TPHP 1 cukup rendah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut makan disusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Discovery Learning. Model pembelajaran ini mengajak peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran  dan membuat pembelajaran tersebut lebih bermakna sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami materi dan dapat meningkatkan hasil belajar.

 

2.      Siklus I

Pada siklus ini dilakukan Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi. Berdasarkan hasil observasi dapat dikemukakan hasil yang diperoleh pada siklus I, yaitu proses pembelajaran model Discovery Learning dapat berjalan dengan baik, meskipun pada awal kegiatan pesertaa didik masih bingung belum bisa mengidentifikasi masalah. Hal itu disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dalam mengidentifikasi masalah berdasarkan stimulasi yang dihadirkan guru. Selain itu, terdapat perubahan hasil belajar peserta didik, sebelum dilakukannya penelitian saat dilaksanakan tes awal ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 30%, pada siklus I ini sudah meningkat meskipun masih cukup rendah yaitu 56,7% peserta didik yang tuntas dalam menguasai klasifikasi tumbuhan, sedangkan 43,3% peserta didik yang lain belum tuntas dalam menguasai materi tersebut. Berdasarkan hasil pada siklus I tersebut maka diperlukan tindakan selanjutnya pada siklus II dengan beberapa rencana perbaikan.

 

3.      Siklus II

Pada siklus II juga ini dilakukan tahap Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi.. Berdasarkan hasil observasi dapat dikemukakan hasil yang diperoleh pada siklus II, yaitu proses pembelajaran model Discovery Learning dapat berjalan dengan baik, awal kegiatan peserta didik sudah mampu mengidentifikasi masalah. Selain itu, terdapat perubahan hasil belajar peserta didik, Pada siklus I ketuntasan belajar peserta didik sebesar 56,7%, disiklus II ini bertambah menjadi 90%.

 

D.     Pembahasan

Setelah dilaksanakan tindakan dalam penelitian dan diuraikan tentang perbandingan paparan data, maka ditemukan hasil penelitian sebagai berikut.

a)    Pembelajaran model Discovery Learning pada siklus I dan II telah dilakukan dengan baik sesuai dengan tahapan/sintaks yang ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru menunjukkan persentase sebesar 100%. Adapun menurut (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 : 42) sintaks dari Discovery Learning meliputi Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), Data collection (pengumpulan data), Data processing (pengolahan data), Verification (pembuktian), Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) .Pada siklus I pembelajaran ini berjalan kurang begitu lancar, hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Peserta didik belum mampu membuat rumusan masalah sendiri berdasarkan rangsangan/stimulasi yang disajikan.  Pada Siklus II guru memperbaiki konsep stimulasi dengan menghadirkan objek nyata di dalam kelas dan hasilnya peserta didik dapat merumuskan masalah dengan baik.

b)   Prestasi belajar peserta didik pada siklus I masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis ketuntasan belajar klasikal peserta didik yang hanya mencapai 56,7%, sehingga perlu diadakan pembelajaran remidial untuk peserta didik yang tidak tuntas dalam belajar klasifikasi tumbuhan. Hal ini disebabkan karena belum semua peserta didik bisa terlibat aktif selama proses pembelajaran.  Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Penggunaan Discovery Learning, mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke model Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri  (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014 : 42). Sehingga jika peserta didik belum bisa masuk ke dalam tujuan pembelajaran

Discovery Learing maka akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Pada siklus II telah terjadi peningkatan prestasi belajar. Ketuntasan belajar pada siklus II telah mencapai persentase sebesar 90%. Pada siklus II ini peserta didik mulai terbiasa dan mampu masuk ketujuan penerapan  Discovery Learing sehingga terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II. Berikut  disajikan dalam sebuah Tabel peningkatan hasil belajar peserta didik siklus I dan Siklus II
Untuk mempermudah visualisasi peningkatan pada Tabel 1  tersebut, berikut disajikan diagram batang peningkatan prestasi belajar peserta didik berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada  siklus I ke siklus II.

Sehingga dengan demikian, berdasarkan data dan pembahasan tersebut diketahui bahwa Model Pembelajaran  Biologi Discovery Learning pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup  dapat  Meningkatkan Hasil Belajar Biologi di kelas XI TPHP 1 Semester Genap SMK Negeri 1 Trenggalek Tahun Pelajaran 2015-2016.


A.     Daftar Pustaka

 

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014-2015 Mata Pelajaran Biologi SMA/SMK. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

 

Hamalik, Oemar.1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:UI-Press

 

Darwati, Erni. 1995. Korelasi Antara Kemampuan Belajar Bervikir Verbal, Kemampuan Ketrampilan Proses dan Sikap Kerja aboratorium dengan Prestasi Belajar Biologi siswa Kelas 1 SMAN Srengat Kabupaten Blitar Tahun Ajaran 1994/1995. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: FMIPA IKIP.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

 

Surakhmad, Winarno.1980. Metodelogi Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

 

Susanto, Pudyo. 1999. Strategi Pembelajaran Biologi di sekolah Menengah. Malang: FMIPA UM

 

Susilo, Herawati dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Bayumedia

 

Syah, M. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

 

Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia

Rabu, 04 Maret 2020

TARI KALATIDHA SIRNA



Tari ini pertama kali di launching sekitar bulan November tahun 2018, untuk mengikuti event festival tari di salah satu dinas Kabupaten Trenggalek. Pada saat itu ditentukan bahwa tari tersebut adalah tari garapan dengan tema kebangsaan. Kami yang nota bene hanyalah penyuka seni otodidak, tidak memiliki background pendidikan sarjana Seni, hanya bisa meraba kira kira jenis tarian yang akan digarap itu bagaimana. Kami berkumpul untuk membicarakannya, pada saat itu saya hanya menentukan jenis musik yang dipakai, yang jelas menyisipkan beberapa unsur musik mulai dari bali, jawa tengah sampai ke khas jawa timuran. Salah satu teman yang berprofesi guru bahasa Jawa yang menguasai musik Karawitan menterjemahkan konsep saya, untuk tari saya hanya membuat konsep simple menceritakan penghianatan diantara para prajurit sehingga memecah belah persatuan. Tarian tersebut di terjemahkan oleh alumni dan salah satu siswa menjadi gerak tari. Kami menyadari  kurangnya pengetahuan kami tentang tari. Kami hanya mencoba dan berusaha untuk membuat sebuah tari dan musik garapan yang bagus menurut kacamata kami.

Hingga saat event berlangsung eksekusi dari musik maupun tari tidak mengecewakan sebenarnya, kami cukup puas tetapi kami belum mendapatkan kejuaraan yang pada saat itu hanya diambil juara I, II dan III. Apakah pada saat itu kami kecewa ? ya kami cukup kecewa, namun saya membesarkan hati anak-anak yang terlibat, ada catatan dari dewan juri terkait tampilan kami hal ini yang akan menjadi evaluasi kami untuk perbaikan tari ke depannya. 
Penampilan Pertama Tari Kalatidha Sirna 
Memang setelah event tersebut sempat atim terlihat patah semangat, namun saya yakin karya yang kami buat bersama ini memiliki taste sendiri. Maka kami mulai mengevaluasi, kami buat untuk beberapa event disekolah seperti event pentas seni, demo ekskul dan akhirnya kami konsen untuk kegiatan festival tari yang akan diadakan di Unesa bulan Oktober 2019.

Penampilan  Tari Kalatidha Sirna di event Pensi

                            Penampilan  Tari Kalatidha Sirna di event MPLS Demo ekskul

Saya melihat bahwa tim tari dan karawitan sekarang ini adalah tim yang hebat, mudah untuk di koordinasi mudah menangkap materi bahkan memiliki kreativitas tinggi. Tidak ada sebenarnya yang bisa mengeklaim Tari Kalatidha itu ciptaan siapa karena kami membuatnya bersama-sama dengan menyumbangkan ide-ide, baik gerakan maupun musik. Bahkan untuk ditampilkan di unesa kami menambah musik Turangga Yaksa musik Khas Kab Trenggalek. Tujuannya simple untuk membangkitkan jiwa Trenggalek isme bagi yang telah mengenal kabupaten kami, karena musik Jaranan Turangga Yaksa terutama musik lawungnya cukup familier, se familier saat kita mendengar musik Tari Remo di jawa Timur pasti auto tanjak. Maka saat anak Trenggalek mendengar musik Turangga yaksa akan auto Lawung begitu istilah anak-anak.

Setelah melalui beberapa perubahan konsep akhirnya kami melakukan rekaman musik, prosesnya juga cukup memakan waktu dari pukul 16.00 sampai dengan 22.00 WIB. Namun hasilnya juga sangat memuaskan, meski harus beberapa kali take vocal karena kendala tiba-tiba masalah teknis, mic mati laptop eror, sempat data record hampir hilang dan yah akhirnya kami dapat menyelesaikannya dengan hasil mixing suara jernih. 
Take vocal



Recording musik

Berbekal hasil rekaman kami buat latihan tetap ada beberapa perbaikan sana sani dari beberapa gerakan. Jangan tanya prosesnya cukup menguras waktu tenaga dan air mata. Mengapa demikian? ada kalanya para penari teledor dengan kedisiplinan waktu, hal sepele tapi akibatnya juga fatal karena menyangkut kesehatan mereka juga kalau pulang terlalu larut. Tak bosan bosan selalu saya tekankan untuk lebih disiplin dan menghargai waktu. Saya paham benar tari itu bagian dari seni, seni itu juga berkaitan dengan mood dan suasana hati seseorang, namun jika kita lebih menghargai waktu maka kita bisa manfaat kan untuk hal-hal yang lain. Jujur sempat saya menegur keras karena mereka mengabaikan kesepakatan durasi latihan yang kami sepakati. Properti belum disiapkan mereka harus lembur sampai hampir dini hari di sekolah. Meski yang lembur adalah penari laki-laki tapi jelas saya memiliki tanggung jawab atas itu, karena kesehatan mereka sangat penting. Namun mereka abai, Alhamdulillah tidak ada yang jatuh sakit.




Proses latihan


Sampai pada akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami berangkat dengan penuh pengharapan. Tidak muluk muluk sebenarnya harapan kami, kami hanya yah paling tidak  salah satu dari 10 kategori adanyang nyantol Kategori tersebut diantaranya adalah : 5 penyaji Terbaik non Rangking, penari terbaik PA/PI, Best Supporter, Juara I, II, III dan Juara Umum. Sampai di unesa kami melakukan blocking, karena pengalaman tahun 2016 kami pernah juga mengikuti event tersebut dan kami mengabaikan blocking alhasil batas panggung untuk menari kami tidak mengetahui. Setelah blocking kami cek in di tempat menginap yang telah disediakan.

Berangkat dari Trenggalek

Menunggu antrian Blocking di Gedung Sawunggaling

Blocking

Keesokan harinya kami yang mendapatkan no urut penampilan 06 bersiap dari subuh untuk make up dan berganti kostum, target yang saya sampaikan ke anak anak adalah menarikan tarian yang terbaik, percaya diri, pola lantai bersih rapi dan juga gerak tari yang tak lepas dari wirasa/menjiwai, jangan terlalu emosi, dan dieksekusi dengan power yang sama. Saya yang menunggu di bangku penonton jangan ditanya lagi yang saya rasakan, adalah gugup luar biasa. Kalau di depan para penari saya berusaha menguasai diri menyalurkan energi positif, optimis dan juga ketenangan...namun siapa yang tau dalam hati saya yang sebenarnya. Dan mereka pun tampil sesuai dengan harapan, kompak, rapi meski ada beberapa kesalahan namun tidak terlalu nampak, Jiwa mereka menyatu dengan tarian, merinding saya ketika Slompret berbunyi tanda musik Turangga Yaksa dimulai. Menurut informasi alumni yang menjadi offical di backstage banyak Mahasiswa senior yang mendekat mendengar musik Turangga Yaksa mahasiswa senior yang berasal dari Trenggalek langsung terlihat semangat dan euforia mungkin dengan mendengar musik tersebut mengajak sedikit bernostalgia dengan tanah kelahirannya.  


Proses Make Up

 Menungu upacara Pembukaan

Tim Belakang Panggung


Memang ada beberapa kejadian yang mungkin sedikit di luar logika setelah para penari menarikan tarian ini. Namun cerita ini saya skip lain waktu akan saya ceritakan. Lalu sampailah pada pengumuman yang kami nanti-nantikan. Dalam hati kecil saya ada secercah harapan karena tarian anak-anak dapat dikategorikan bagus menurut saya, namun apalah saya saya bukan Dewan Juri, Hanya kalimat-kalimat doa yang terlantun dengan harapan ada satu kategori yang nyantol.

Saat diumumkan 5 kategori non ranking nomor urut penampilan kami tidak disebutkan, pupus sudah harapan karena kami karena untuk dapat juara I, II atau III itu imposible, kami cukup sadar diri siapa kami. Sampai akhirnya saat di umumkan Juara III, II dan I, fikiran saya melayang sibuk dengan menyusun kata-kata yang tepat untuk menghibur dan menenangkan tim saat perjalanan pulang nanti. Tiba-tiba saya mendengar teriakan dari seluruh tim kami...saya tertegun karena benar-benar saya tidak menyimak apa yang di umumkan dewan Juri. Ternyata nomor urut kami di dinyatakan sebagai Juara tak tanggung tanggung Juara I, mimpi pun rasanya tidak, rasa tidak percaya memenuhi fikiran saya. Benarkah atau hanya salah dengar, sampai saat salah satu tim kami mengeshare rekaman suara saat pembacaan kejuaraan membuat saya baru benar-benar percaya. Ucapan Syukur tak henti-hentinya kami ucapkan.

Ada beberapa hal yang bisa saya ambil hikmah dari proses yang telah kami lewati, untuk membuat sebuah tarian tidak bisa instan, butuh proses perbaikan disana sini. Butuh pengorbanan baik itu waktu maupun tenaga, butuh loyalitas dan totalitas. Butuh dukungan moral maupun spiritual. Komentar para pakar perlu di dengar dan diperhatikan untuk kemudian menjadi evaluasi. Jangan pernah lelah maupun putus asa dan yang paling penting adalah menjaga kekompakan tim. Ini yang tidak mudah, satu tim terdiri dari beberapa anak dengan berbagai sifat, sikap dan karakter apalagi di usia remaja tentu banyak konflik diantara mereka. Menerima segala kelebihan dan kekurangan teman adalah kunci utamanya.

Tari Kalatidha Sirna, tari yang menceritakan perjuangan para prajurit yang menghadapi penghianatan pasukannya sendiri, berjuang sampai ketitik darah penghabisan. Kalatidha Sirna = Musnahnya segala hal buruk.
Penggalan Syair dalam tari Kalatidha Sirna :
Sun manembah, sun amemuji, mring kang Maha Agung awiwiti Krida, Labuh negara, ngukebing bangsa
Kridaning satriya wutahing ludira pecahing dada oncate nyawa, lelabuhan nira tan kena kinira, hambela negara angrukebi bangsa