Surprise!! itu yang aku rasakan akhir akhir ini. Ya sekarang aku masuk dalam dunia baru yang sebelumnya tidak pernah berani aku bayangkan. Dunia yang tidak pernah lepas dari penggunaan komputer, teks, suara, gambar, animasi, audio dan video. Dapat di bayangkan dulu aku berkecimpung di dunia tumbuhan dan hewan, mempelajari ciri morfologi, klasifikasi dan anatomi sekarang harus disibukkan dengan perangkat teknologi baik hardware maupun software. Dulu saya mempelajari sains yang notabene adalah merupakan ilmu-ilmu pasti sekarang aku harus masuk kedunia penuh estetika dan dengan cara pandang yang relatif tidak ada benar atau salah. Tapi semua membuat aku sangat excited..berasa aku menemukan oase di tengah padang pasir yang luas (iyuuh...!).
Mengapa aku bisa masuk ke dunia baru ini?? ini berawal dari salah satu program pemerintah yang mengefektifkan tenaga pendidik. Jumlah tenaga pendidik produktif untuk SMK masih kurang, sedangkan jumlah pendidik guru matpel selain produktif berlimpah, oleh sebab itulah guru-guru matpel diluar matpel produktif di latih untuk menguasai paket keahlian sesuai dengan peminatan. Nah ini adalah angin segar buatku yang merupakan guru dengan jam mengajar masih kurang dari 24 jam (efek kurikulum 2013), sebuah kesempatan untuk bisa mengembangkan dan menambah ilmu yang aku miliki. Sebenarnya saat pemilihan program keahlian yang akan diikuti aku cukup galau, aku memiliki ijazah Biologi otomatis yang linier dengan ijazahku adalah paket keahlian pertanian atau perikanan. Tetapi sekali lagi aku berpegang pada pernyataan "peminatan" dalam pemilihan program keahlian tersebut, sehingga akupun menjatuhkan pilihan ke program keahlian multimedia. Pertimbanganku adalah karena memang sekolah tempatku mengajar kekurang guru produktif multimedia, kemudian pertimbangan kedua adalah aku sangat tertarik dengan grafis dan fotografi. Masih ingat saat ulangtahunku beberapa tahun lalu, suami memberikan hadiah kamera DSLR dan tanpa aku sadari aku pernah berkata "Kapan ya bisa mendapatkan pelatihan secara profesional dalam bidang fotografi". Nah ini yang membuatkumenjatuhkan pilihan dan masuk kedunia multimedia.
Program diawali dengan kegiatan pembekalan yang dilaksanakan 3 hari di kabupaten Magetan, kami (semua guru yang masuk dalam program tersebut) melaksanakan kegiatan ON Servis 1 selama 3 bulan (pembelajaran dilaksanakan secara online) kemudian melaksanakan kegiatan IN Servis 1 selama 2 bulan di pusat belajar masing-masing. Sempat galau karena ada banyak pusat belajar Multimedia. Sedikit khawatir akan mendapatkan pusat belajar di kota yang jauh dari rumah atau bahkan di luar jawa membayangkan pun tidaaaak......!!! Sebenarnya ga papa juga sih bisa nambah ilmu di pulau orang cuma aku adalah tipe seorang ibu yang baik (ehem!!!) yang pada intinya ga kuat jauh dari si Ameyza yang lagi lucu-lucunya belajar bicara. Nah ternyata saya di tempatkan di pusat belajar SMKN 2 Kediri. Jarak kediri-Trenggalek tidak terlalu jauh kalau lancar sekitar 1,5 jam perjalanan (kalau sampai Trenggalek Kota tapi kalau harus naik gunung ke Pule tempat Mbah nya si Ameyza yang nambah 45 menitan). Lumayan dekat sih menurutku, artinya tiap akhir minggu bisa pulang.
Di Pusat Belajar inilah aku banyak belajar dari teman dan juga para instruktur yang aku akui sangat keren, mereka semua dengan senang hati berbagi ilmu. Tak segan-segan mengajari kalau aku agak lemot dalam memahami software software (yah harap maklum cin....), begitu juga dengan teman-teman lain yang sudah lama terjun ke dunia multimedia mereka terbuka untuk diajak sharing. Dalam IN 1 ini saya menemukan, guru, teman dan juga keluarga baru.
Dulu saat diklat-diklat yang lain aku selalu merasa cepat bosan dan pingin cepat pulang tapi di sini tak terasa 1 bulan terlalui dengan sangat cepat, aku sangat menikmati setiap tugas-tugas yang diberikan dan aku cukup cerewet di dalam kelas tanya ini itu semua aku ganggu (wkwk). Aku benar-benar berharap ilmu yang aku peroleh ini bisa aku aplikasikan di dunia pendidikan. Aku berasa menemukan duniaku yang selama ini telah hilang.
Semoga semangat ini akan tetap berkobar di dalam dada ( ^_^)
skip to main |
skip to sidebar
Selasa, 11 April 2017
Kamis, 23 Maret 2017
Review Buku "Damar Wulan"
Daripada saya didera penasaran dan
akhirnya masuk dalam mimpi, wih ga asik
juga dong mimpi tentang perpecahan majapahit, iya kalau mimpi tentang
Damarwulannya klo mimpi tentang peperangannya?? Big no!. Ini gegara saya nya
iseng dolan ke perpus sebelum liburan sekolah nah nemuin buku tentang kisah
majapahit, mengingat saya paling demen dengan cerita-cerita sejarah yang berbau
kerajaan-kerjaan gitu mulai kisah Ramayana, mahabarata, ken arok dll maka saya
pun ga melewatkan salah satu karya Zhaenal Fanani ini. Rencananya mo dibaca
saat liburan ternyata ada hal lain yang menyebabkan saya tidak bisa membacanya
jadinya baru dibaca setelah liburan usai. Oke langsung cuz kecerita. Ingat ya
guys ini murni pendapat saya tentang buku ini, artinya saya menulis review ini
bukan berdasarkan review dari blog lain karena saya juga belum lihat review
review dari tetangga sebelah kalau ada salah-salah sebelumnya mohon dimaafin.
Dimulai dari cover, kadang kita
sering mendengar ada pernyataan jangan menilai isi buku dari covernya, tapi klo
buku itu disegel kita kan hanya bisa melihat cover serta membaca synopsis yang
terdapat dalam cover, klo dari cover sudah ga menarik pasti mo lihat isinya
juga sedikit malas, itu kalo saya hehe.. Dari cover saya menilai sangat bagus ada
gambar mahkota warna gold dengan background warna hitam dan langit jingga
dengan siluet peperangan dua pasukan, itu sudah sangat representative sekali
untuk menggambarkan isinya. Pasti keren, itu yang terlintas dalam pemikiran saya. Nah
sekarang kita masuk ke gaya penulisan (anggap saya orang ahli bahasa
hahaha…padahal nulis di blog aja sangat berlepotan tata bahasa saya, mohon ijin
kepada para ahli bahasa ya..)
Dari bab satu saya sudah dibuat
terpana dengan gaya penulisannya, sangat tertata apik dan indah. Saat penulis
mendiskripsikan suasana maka pembacanya seakan bisa ikut serta merasakan
suasana tersebut, selain itu buku tersebut membuat orang mengenal beberapa
sebutan jabatan yang digunakan orang jaman dahulu kalau sekarang kayak menteri-menteri dan
panglima gitu deh…kalau dulu ada Mahapatih yang dibantu oleh beberapa senopati
dibawah senopati ada bekel dibawah bekel ada lurah prajurit. Selain itu juga
ada panggilan Bhre / Bhatara (bukan bro lho ya…) yaitu suatu gelar yang
diberikan kepada kerabat bangsawan sesuai dengan daerah kekuasaannya. Begitu seterusnya sampai bab terakhir gaya
penulisannya tetap indah menurut saya, akan tetapi saya menyayangkan beberapa
part yang alurnya sedikit tergesa-gesa. Mungkin karena saya menikmati dari
setiap alur sehingga merasa sangat sayang jika ceritanya disingkat.
Untuk isi, penulis akan mengajak
kita berfikir keras tentang silsilah kerajaan karena pernikahakan antar kerabat
itu sudah sangat biasa terjadi di kerjaan kerjaan tersebut sehingga membuat
silsilahnya menjadi ruwet menurut saya, percaya atau tidak saya sampai membuat
pohon silsilah untuk bisa menterjemahkan siapa anak siapa keturunan siapa.
Contohnya seperti ini Prabu Dyah Hayam Wuruk dengan permaisuri Sri Sudewi
Padukasori memiliki putri yang bernama Dyah Kusuma Wardani, Nah dari selirnya
Hayam Wuruk juga memiliki anak laki-laki yang bernama Whirabumi yang kemudian
diangkat anak oleh bibi Hayam wuruk yang merupakan istri dari Kuda Merta Sriwijayarajasa.
Kuda Merta Sri Wijayarajasa ini yang
memutuskan mendirikan keraton baru yang bernama kedaton timur di daerah
pamotan yang nantinya akan pindah ke Blambangan untuk menyusun kekuatan
melengserkan kedaton Barat. Nah Wirabumi ini nantinya mempunyai istri namanya
adalah Sri Nagarawardani yang merupakan adik dari Sri Wikramawardhana yang
merupakan suami dari Dyah kusuma wardani putrid hayam Wuruk tadi. (Hayo sudah
mulai ruwet kan?). Nah Dyah Kusuma Wardani dengan Wikramawardhana memiliki putri
yang namanya dewi Suhita Kencana Wungu. Sedangkan Siapa Damarwulan? Ibunda
Damarwulan adalah adik dari Wikramawardhana suami Dyah Kusuma Wardani.
Sementara kakak lain dari ibundanya adalah Nagararawardhani yaitu istri dari
Wirabumi yang dikemudian dicerita lain dikabarkan Arya Damar wulan
mempersunting kencana wungu. Hadeeeh…kalo ga bikin pohon silsilah pasti
bingung. Inilah fenomena menikah dengan kerabat dekat bikin pusing silsilahnya,
selain itu kalau bicara masalah biologi secara genetis kurang baik pernikahan
antar saudara karena dapat menyebabkan sifat2 yang resesif (tersembunyi
ekspresinya) muncul pada keturunanya, kalau dilihat biasanya bangsawan,
raja-raja atau putra mahkota dari berbagai Negara itu sering menderita penyakit
aneh atau misterius hal itu bisa jadi karena pengaruh genetis, contohnya dalam
buku ini disebutkan putra sulung dari Wikramawardhana memiliki penyakit
misterius yang akhirnya meninggal diusia muda saat terjadi penyerangan Wirabumi
dari blambangan ke Tumapel. Hal itu juga terjadi di kerajaan-kerjaan inggris,
banyak anak dari para bangsawan meninggal karena penyakit hemophilia. Apa itu hemophilia? Browsing
sendiri aja ya hehehe…Ok back to story
Dari isi bagus, karena memunculkan
konflik politik, perebutan jabatan, akal licik dan juga tentang sikap ksatria seorang Wirabumi yang
dalam buku ini menjadi tokoh yang akan merebut kekuasaan Majapahit (bukan
merebut sih sebenarnya menuntut haknya sebagai anak dari Hayam Wuruk). Pada
intinya cerita ini dimulai dari salah paham antara Hayam Wuruk dan Wirabumi,
kurang komunikasi, rasa gengsi yang terlalu tinggi, terlalu mengatasnamakan
kehormatan dibumbui dengan pihak-pihak ketiga yang membuat tambah kisruhnya
permasalahan untuk urusan pribadi dan jabatan
(Ternyata dari jaman dulu sudah ada ya yang seperti ini). Untuk ending
hikz…saya digantung nih…belum ada penyelesaian sehingga saat saya membaca
ending seakan akan saya merasa mau makan sebuah roti brownis kukus yang nyoklat
banget dengan toping full keju tapi masih berada di estalase alias saya hanya
bisa melihatnya ga bisa memakannya…menyebalkan kan? Penasaran kan?
iyes…begitulah yang saya rasakan. Mungkin nih ya penulis ingin membuat
sekuelnya atau memang kayak gitu tujuannya biar pembaca gemes biar pembaca
memikirkan dan berimajinasi sendiri gimana endingnya. Fiuh….
Nah ada hal yang sedikit
mengganjal dalam cerita ini yaitu terkait dengan julukan Bhre Whirabumi yaitu
Menak Jingga, ini membuat saya menjadi bingung dengan cerita yang sudah
familier ditelinga saya bahwa Menak Jingga adalah julukan dari Jaka Umbaran
yang ingin mempersunting Dewi Kencana Wungu karena memenangkan sayembara untuk
mengalahkan Kebo Marcuet yang memberontak. Kalau dalam cerita buku ini Minak
Jingga (Wirabumi) adalah paman Kencana Wungu dan dia tidak punya keinginan untuk
mempersunting keponakannya sendiri. Saya
sudah berusaha browsing tapi kelihatannya belum menemukan jawaban yang
memuaskan. Yah sudahlah di ikhlaskan saja meski tetep penasaran kira-kira yang
benar mana, tapi over all saya cukup
senang membaca buku tersebut untuk teman-teman yang menyukai cerita macam
kerajaan kerajaan ini lumayan rekomended.
JUDUL : DAMARWULAN “Retaknya
Mahkota Majapahit”
Pengarang : Zhaenal Fanani
Penerbit : Diva Press
Tahun : 2014
Ketebalan : 335 halaman
Sumber foto blog : Google
Labels
Blog Archive
Effrilav. Diberdayakan oleh Blogger.
To my mind, Teacher, Wife and Moms
Pages
Otros blogs del grupo:
About Me
- Effrila